17/04/09

“Imam” HP….. ?

Oleh: H.A.Azim

Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itu di dalam surga akan dimuliakan”. QS.al-Ma’arij : 34 - 35).

Judul itu kedengarannya rada nyleneh. Karenanya, perlu diklarifikasi. Suatu saat, saya bersama sejumlah jama’ah menjadi makmum shalat dzuhur di sebuah masjid. Semula, jalannya shalat tampak berjalan khusu’. Tapi, kekhusu’an itu seketika terganggu. Ada suara pembacaan (secara murattal) Ayat al-Qur’an yang terdengar cukup keras dari arah imam. Mendengar ini, tidak ada satupun makmum yang coba menegur (dengan ucapan subhanalloh) pada sang imam. Tentu saja teguran ini tidak dilakukan karena suara nyaring tersebut bukan berasal dari mulut imam melainkan dari (nada dering/tunggu) handpone di saku baju imam. Suara hp ini tidak berusaha dimatikan. Anehnya, entah karena kebetulan, imam melakukan ruku’ sesa’at setelah hp berhenti berbunyi. Jadilah shalat berjamaah ini seolah diimami HP. Dari cerita ini, boleh jadi Anda mau merubah judul tersebut menjadi: HP Imam shalat membaca ayat. Sebuah saran yang lebih realistis. Ini sangat saya hargai.

Anda tahu kalau shalat adalah sarana utama untuk melakukan taqarrub (pendekatan) kepada Alloh SWT. Satu-satunya perintah yang langsung diterima dari Alloh SWT (bukan lewat perantara Nabi Jibril, sebagaimana mukjizat Rasululloh dalam Isra’ dan Mi’raj). Ia yang menjadikan keislaman kita tetap berdiri tegak. Ia yang menghindarkan kita dari perbuatan keji dan mungkar (QS. Al-Ankabut : 45). Ia pula yang jadi tolok ukur tingkat kualitas keislaman kita. Karenanya, menjadi penentu perhitungan (timbnagan amal) di hadapan Azzawajalla kelak di akerat.

Pantaslah, meski sangat berat, kita dituntut agar berupaya khusuk dalam mendirikan shalat. (”Dan sesungguhnya shalat itu amat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusuk. (yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Rabb-Nya dan (meyakini) bahwa mereka akan kembali kepada-Nya”. – QS. Al-Baqarah: 45 – 46). Ali r.a pernah ditanya oleh seorang sahabat, ”Apakah khusu’ itu ?” Ia menjawab, ”Khusu’ itu di dalam hati (maksudnya ketawajuhan hati di dalam shalat) Dan termasuk khusu’ adalah tidak memikirkan hal-hal lain”. Sedangkan Abu Bakar r.a meriwayatkan sabda Rasululloh saw : ”Berlindunglah kepada Alloh dari khusu’ yang munafik ”. Para sahabat bertanya, ”Ya Rasululloh, apakah khusus’ yang menafik itu ? Beliau menjawab, ”Lahirnya terlihat tenang, tetapi hatinya berpura-pura”.

Kasus HP Imam membaca ayat (nada tunggu/dering) tersebut, pertanda sikap tak hirau pada kekhusu’an dalam melaksanakan ibadah shalat. Memberi kesan terlalu terbiasa berbuat sekedarnya dalam banyak hal, termasuk dalam beribadah. Ini patut di- waspadai karena dapat menyeret kita pada Islam Abangan (istilah masyarakat jawa). Sebuah sebutan bagi golongan muslim pinggiran. Muslim yang hanya sekedarnya dalam menjalankan ajaran Islam. Hasilnya pun hanya sekedarnya. Dari Ammar bin Yasir r.a. berkata, ”Aku mendengar Rasululloh saw bersabda, ’Sesungguhnya seseorang yang telah selesai mengerjakan shalatnya, maka dia mendapat sepersepuluh, sepersembilan, seperdelapan, sepertujuh, seperenam, seperlima, seperempat, sepertiga atau setengah (pahala) shalatnya”. – Hr. Abu Daud dan Nasai – at-

0 komentar: